BAB II
METABOLISME
A. PENDAHULUAN
Sumber
energi utama bagi makluk hidup dibumi adalah matahari. Energi Matahari
dimanfaatkan tumbuhan hijau untuk fotosintesis, kemudian energi itu diubah ke dalam
bentuk kimia yaitu dalam bentuk gula.
Gula diubah menjadi amilum, protein, lemak, dan berbagai bentuk persenyawaan
organik. Persenyawaan kimia ini menjadi bahan makanan bagi makluk lain yang
heterotrof. Semua makluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan, memanfaatkan
karbohidrat untuk di oksidasi menjadi oksigen, karbon dioksida, dan energi.
Jadi, energi Matahari ditanggkap oleh tumbuhan dan diubah menjadi persenyawaan
kimia. Selanjutnya energi kimia yang tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke mahluk
hidup lain pada saat tumbuhan di makan oleh mahluk hidup tersebut. Di dalam
tubuh makluk terjadi perombakan berbagai senyawa kimia untuk berbagai keperluan
hidupnya.
Ribuan
reaksi kimia belangsung didalam tubuh mahluk hidup, yang disebut metabolisme. Metabolisme berasal dari
bahasa Yunani metabole = berubah.
Metabolisme
Metabolism
(chemistry), inclusive term for the chemical reactions by
which the cells of an organism transform energy, maintain their identity, and
reproduce. All life forms—from single-celled algae to mammals—are dependent on
many hundreds of simultaneous and precisely regulated metabolic reactions to
support them from conception through growth and maturity to the final stages of
death. Each of these reactions is triggered, controlled, and terminated by
specific cell enzymes or catalysts, and each reaction is coordinated with the
numerous other reactions throughout the organism.
Two metabolic processes
are recognized: anabolism and catabolism. Anabolism, or constructive
metabolism, is the process of synthesis required for the growth of new cells
and the maintenance of all tissues. Catabolism, or destructive metabolism, is a
continuous process concerned with the production of the energy required for all
external and internal physical activity. Catabolism also involves the
maintenance of body temperature and the degradation of complex chemical units
into simpler substances that can be removed as waste products from the body
through the kidneys, intestines, lungs, and skin.
B. Enzim (biokatalisator)
1.
Susunan Enzim
Secara
kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian, yaitu bagian
protein dan bagian bukan protein.
a.
Bagian protein disebut apoenzim.
Bagian protein bersifat labil (mudah
berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan keasaman.
b. Bagian
yang bukan protein disebut gugus
prostetik, yaitu gugusan yang aktif. Gugus prostetik yang berasal dari
molekul anorganik disebut kofaktor
misalnya besi, tembaga, seng. Gugus prostetik yang terdiri dari senyawa organik
kompleks disebut koenzim misalnya
NADH, FADH, koenzim A dan vitamin B.
2. Ciri-ciri
Enzim
Ciri-ciri
enzim adalah diperlukan dalam jumlah sedikit dapat bekerja secara bolak-balik,
merupakan suatu protein, bekerja secara khusus, dapat digunakan berulang kali,
rusak oleh panas, dan sensitif terhadap kondisi lingkungan.
a. Protein
Enzim adalah suatu protein. Dengan
demikian sifat-sifal enzim sama dengan protein, yaitu menggumpal pada suhu
tinggi dan terpengaruh oleh pH.
b. Bekerja secaia khusus
Because enzymes are specific in action, certain classes of
enzymes will act on certain substrates only. For example, carbohydrases digest
sugars and starches; lipases break down lipid; and proteases spilt up proteins.
c. Dapat
digunakan berulang kali
Enzim dapat digunakan berulang kali
karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Akan tetapi molekul enzim
kadang rusak dan harus diganti.
d. Rusak
oleh panas
Enzim rusak oleh panas karena enzim
adalah suatu protein. Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi. kebanyakan
enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Jika telah rusak, enzim tidak dapat
berfungsi lagi walaupun pada suhu normal.
e. Diperlukan
dalam jumlah sedikit
Oleh karena enzim berfungsi sebagai
pemercepat reaksi sedangkan dia sendiri tidak ikut bereaksi, maka jumlahnya
tidak perlu banyak. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali, selama enzim
itu sendiri tidak rusak.
f. Dapat
bekerja bolak-balik
Umumnya, enzim dapat bekerja secara
bolak-balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa
menjadi senyawa-senyawa lain, dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun
senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Zat (substrat) A dapat diuraikan
menjadi zat B dan zat C, sebaliknya zat C dapat direaksikan kembali dengan zat
B membentuk zat A seperti semula.
g. Kerja
enzim dipengaruhi lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh pada kerja
enzim adalah suhu, pH, hasil akhir dan zat penghambat.
3. Penamaan
Enzim
Enzim
diberi nama sesuai dengan substramya, dan diberi akhiran ase.
a. Enzim selulase
adalah enzim yang dapat menguraikan selulosa.
b. Enzim lipase
menguraikan lipid atau lemak
4. Cara Kerja
Enzim
a. Teori gembok anak kunci
Sisi aktif enzim mempunyai bentuk
tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Subtrat sesuai
dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya. Hal itu
menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Jika mengalami denaturasi (rusak)
karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.
The lock-and-key model postulated by
Emil Fischer in 1894 has been used to explain how enzymes work. In an
enzyme-catalysed reaction, thesubstance that is acted upon is the substrate.
The substrate molecule acts as the
key,while the enzyme molecule acts as the lock.
Source: P.Longman, 59
b. Teori induced fit
Menurut teori
ini, sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan substrat. Ikatan
antara enzim dan substrat dapat berubah menyesuaikan dengan substrat.
C. Katabolisme
Di tinjau
dari kebutuhannya akan oksigen, repirasi dapat dibedakan menjadi dua macam:
1).
respirasi aerobik, yaitu respirasi menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan
energi.
2). respirasi
anaerobik, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Bahan baku respirasi adalah karbohidrat, asam lemak, atau
protein (asam amino). Hasil respirasi berupa karbondioksida, air dan bentuk
dalam ATP.
1. Respirasi Aerobik
Persamaan reaksi proses respirasi aerobik
(aerob) secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
C6H12O2
6H2O + 6CO2
+ 675 kal
Dalam
kenyataan, reaksi yang terjadi tidak sederhana itu. Banyak tahapan reaksi yang
terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan
menjadi 4 tahapan, yaitu glikolosis, dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs,
dan transpor elektron.
a.
Glikolisis
Glikolisis
adalah peristiwa pengubahan satu molekul glukosa (terdiri dari 6 atom C)
menjadi 2 molekul asam piruvat (terdiri dari 3 atom C), 2 molekul NADH dan 2
molekul ATP.
b.
Dekarbosilasi Oksidatif
Dekarbosilasi
oksidatif mengubah senyawa 3C (asam piruvat) menjadi senyawa 2C (asetil koA).
Hasil akhir akhirnya adalah asetil koA, 2 ATP dan 4 NADH.
c.
Siklus Krebs
Asetil koA
direaksikan dengan asam oksaloasetat, kemudian masuk ke dalam siklus
berulang-ulang. Hasil akhir siklus Krebs adalah 2 GTP (=2 ATP), 2 FAD, dan 6
NADH.
d.
Sistem Transpor Elektron
Secara estafet, elektron dipindahkan
sehingga terbentuk ATP dan air sebagai hasil akhir. Sistem transfer elektron
melalui senyawa-senyawa antara untuk menghasilkan ATP. NADH menghasilkan 3 ATP dan
FADH mengasilkan 2 ATP.
|
2. Respirasi Anaerobik
Respirasi
anaerobik terjadi pada:
1.
jaringan yang kekurangan oksigen, misalnya pada jaringan
otot; ketika kita lari sangat cepat atau saat kita melakukan kotraksi otot
sangat kuat, ada otot yang kekurangan oksigen
2.
akar tumbuhan yang terendam air
3.
biji-biji berkulit tebal yang sulit ditembus oksigen
4.
sel-sel ragi dan bakteri anaerobik
Oleh
karena glukoksa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbon dioksida, maka
energi yang di hasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi anerobik dihasilkan
675 kal., sedangkan pada respirasi anaerobik hanya di hasilkan 21 kal.
Persamaan reaksinya berikut ini:
|
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 +21 kal.
INBORN
METABOLIC ERRORS
If an enzyme is lacking because of some
hereditary defect, the chemical transformation in which it would participate is
blocked. As a result, cell products fail to be synthesized or catabolized, too
much of a metabolic product accumulates, causing injury to tissues, or
intracellular materials fail to cross cell membranes.
Although the effects of
some metabolic errors are manifested in early infancy, others may appear only
in adulthood. Some inborn errors may be fatal, some may have no apparent
harmful effects, and some may persist. A result of error in amino acid
metabolism is phenylketonuria (PKU).
This occurs in infants when metabolism of the amino acid phenylalanine is
blocked; the accumulated metabolic products may cause brain damage. In
carbohydrate metabolism, one error results in galactosemia, in which the enzyme required to convert galactose to
glucose is absent. The consequent inability to metabolize milk sugar results in
the accumulation of galactose in the blood, sometimes with damage to the brain and
liver and the development of cataracts and mental retardation.
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft
Corporation. All rights reserved.
D.
Anabolisme
1. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton = cahaya, sintesis = penyusunan. Fotositensis adalah peristiwa penyusunan zat
anorganik (gula) dari zat organik (air, karbon dioksida) dengan pertolongan
energi cahaya.
a. Proses Fotosintesis
Pada dasarnya,
proses fotositensis merupakan kebalikan dari proses respirasi. Proses respirasi
bertujuan memecah gula menjadi karbon dioksida, air dan energi. Sebaliknya,
proses fotositensis mereaksikan (menggabungkan) karbon dioksida dan air menjadi
gula dengan menggunakan energi cahaya terutama cahaya matahari. Proses fotosintesis
umumnya berlangsung pada tumbuhan berkrolofil pada waktu siang hari. Fotosintesis
dapat terjadi pada malam hari asalkan ada sumber cahaya, misalnya cahaya lampu.
Secara
singkat, persamaan reaksi fotositensis yang terjadi di alam dapat dituliskan
sebagai berikut:
|
Photosynthesis, process by which green
plants and certain other organisms use the energy of light to convert carbon
dioxide and water into the simple sugar glucose. In so doing, photosynthesis
provides the basic energy source for virtually all organisms. An extremely
important byproduct of photosynthesis is oxygen, on which most organisms
depend.
Photosynthesis occurs
in green plants, seaweeds, algae, and certain bacteria. These organisms are
veritable sugar factories, producing millions of new glucose molecules per
second. Plants use much of this glucose, a carbohydrate, as an energy source to
build leaves, flowers, fruits, and seeds. They also convert glucose to
cellulose, the structural material used in their cell walls. Most plants produce
more glucose than they use, however, and they store it in the form of starch
and other carbohydrates in roots, stems, and leaves. The plants can then draw
on these reserves for extra energy or building materials. Each year,
photosynthesizing organisms produce about 170 billion metric tons of extra
carbohydrates, about 30 metric tons for every person on earth.
Photosynthesis has far-reaching
implications. Like plants, humans and other animals depend on glucose as an
energy source, but they are unable to produce it on their own and must rely
ultimately on the glucose produced by plants. Moreover, the oxygen humans and other animals breathe is the oxygen released
during photosynthesis. Humans are also dependent
on ancient products of photosynthesis, known as fossil fuels, for supplying
most of our modern industrial energy. These fossil fuels, including natural
gas, coal, and petroleum, are composed of a complex mix of hydrocarbons, the
remains of organisms that relied on photosynthesis millions of years ago. Thus,
virtually all life on earth, directly or indirectly, depends on photosynthesis
as a source of food, energy, and oxygen, making it one of the most important
biochemical processes known.
WHERE PHOTOSYNTHESIS OCCURS
Plant photosynthesis occurs in leaves and green stems
within specialized cell structures called chloroplasts. One plant leaf is
composed of tens of thousands of cells, and each cell contains 40 to 50
chloroplasts. The chloroplast, an oval-shaped structure, is divided by
membranes into numerous disk-shaped compartments. These disklike compartments,
called thylakoids, are arranged vertically in the chloroplast like a stack of
plates or pancakes. A stack of thylakoids is called a granum (plural, grana);
the grana lie suspended in a fluid known as stroma.
Embedded in the membranes
of the thylakoids are hundreds of molecules of chlorophyll, a light-trapping
pigment required for photosynthesis. Additional light-trapping pigments,
enzymes (organic substances that speed up chemical reactions), and other
molecules needed for photosynthesis are also located within the thylakoid
membranes. The pigments and enzymes are arranged in two types of units,
Photosystem I and Photosystem II. Because a chloroplast may have dozens of
thylakoids, and each thylakoid may contain thousands of photosystems, each
chloroplast will contain millions of pigment molecules.
b. Percobaan tetang fotosintesis
1) Ingenhousz
Orang yang pertama kali menemukan
fotosintesis adalah Jan Ingenhousz (1730-1977).
Ingenhousz memasukan tumbuhan air Hydrilla
verticillata kedalam bejana yang di isi air. Bejana gelas itu di tutup degan corong terbalik dan atasnya
diberi tabung reaksi yang di isi air hingga penuh. Bejana itu diletakan di
terik matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air itu.
Gelembung udara tersebut menandakan adanya gas, yang telah di uji adalah
oksigen. Ingenhousz memyimpulkan, fotositensis menghasilkan oksigen.
2) T.W. Engelmann
Pada tahun 1822, Engelmann melakukan Percobaan dengan menggunakan ganggang spirogyra. Ganggang spirogyra mempunyai kloroplas seperti spiral. Hanya kloroplas yang
terkena cahaya yang mengeluarkan oksigen. Kloroplas yang tidak terkena cahaya
tidak mengeluarkan oksigen. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya bakteri ”suka”
oksigen yang berkerumun di bagian kloropas yang terkena cahaya.
Kesimpulan
dari percobaan Engelmann adalah.
1.
fotositensis dilakukan oleh kloropas
2.
kloropas hanya berfotosintesis jika terkena cahaya.
3) Sachs
Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa proses fotositensis menghasilkan almunium.
Daun yang sebagian di bungkus kertas timah (kertas bungkus rokok) dipetik sore
hari, setelah terkena sinar matahari sejak pagi hari. Daun tersebut direbus
untuk mematikan sel-selnya. Selanjutnya daun tersebut dimasukan kedalam
alkohol, agar klorofilnya larut sehingga daun tersebut menjadi pucat. Saat daun
itu ditetesi dengan yodium, bagian yang tertutup oleh kertas timah tetap pucat,
sedangkan yang tidak tertutup warnanya menjadi biru kehitaman. Warna biru
kehitaman menandakan bahwa di daun tersebut terdapat almunium.
4) Hill dan F.F Blacman
Hill pada
tahun 1937 berhasil membuktikan bahwa energi sinar yang diterima digunakan
untuk memecahkan molekul air menjadi H+ dan O2. Peristiwa
ini dikenal sebagai fotolisis,yang
merupakan tahap awal dari fotositensis. Fotositensis berlangsung dengan bantuan
cahaya sehingga disebut reaksi terang. Pada reaksi terang, molekul air (H2O) terurai menjadi
molekul oksigen (O2) dan proton (H+). Dalam reaksi
tersebut dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP+ . Kemudian , H+
yang dihasilkan dalam reaksi penguraian air tersebut ditangkap oleh NADP+ sehingga terbentuk NADPH.
Persamaan
reaksi adalah sebagai berikut:
12 H2O
+ ATP + 24NADP+ 6 O2
+STP+ 24 NADPH
Reaksi
terang tersebut terjadi didalam grana.
Grana terdapat didalam kloroplas, berupa tumpukan tilakoid. Tilakoid adalah
gelembung pipih berbentuk cakram yang membranya mengandung pigmen fotositensis.
Blackman
mengemukakan adanya reaksi gelap yang terjadi di stroma (stroma adalah
klroloplas tak berwarna yang mengandung grana ). Dalam reaksi gelap, ATP dan
NADPH yang terbentuk pada reaksi terang digunakan untuk pembentukan glukosa
dari karbon dioksida.
Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut.
6 CO2 + ATP + NADPH (CH2O)6 + 6 H2O
Jika
reaksi terang dan reaksi gelap tersebut digabungkan, akan menghasilkan
persamaan reaksi fotositensis sebagai berikut.
6CO2 +
12 H2O + Energi C6H12O6 +6 H2O
+6O2
2. Tahapan
Proses Fotosintesis
Proses
fotosintesis merupakan rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran
elektron dan penggunaan energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan
zat organik.
a. Penangkapan Energi Cahaya (Fotosistem)
Ketika
klorofil menyerap energi foton dari cahaya, elektron pada klorofil akan
terlepas ke orbit luar (tereksitasi).
Elektron ini akan ditangkap oleh
penerima elektron yaitu plastokuinon. Unit penangkapan elektron ini disebut
fotosistem.
Akibatnya
jumlah elektron di dalam klorofil menjadi tidak stabil. Untuk itu klorofil
harus disuplai elektron dari molekul lain. Dalam waktu yang bersamaan H2O
terpecah menjadi
b. Aliran Elektron
Ada
2 macam aliran elektron, yaitu elektron dari fotosistem II (P680) bersifat
nonsiklis dan dari fotosistem I (P700 bersifat siklis). Elektron yang terlepas
dari P680 ditangkap oleh penerima elektron dan dipindahkan secara berantai dan
penerima elektron plastokuinon, sitokrom, dan plastosianin : Energi yang
terlepas ketika elektron berpindah dari satu penerima elektron ke penerima elektron
lain ditangkap untuk membentuk ATP. Penerima elektron yang terakhir adalah
klorofil P700. Pada saat yang bersamaan P700 yang menyerap energi foton dan
elektronnya tereksitasi. Elektron dari P700 ini ditangkap oleh penerima
elektron, seperti feredoksin, untuk membentuk NADPH. Aliran elektron dari P680
dan P700 ini bersifat non siklis (fotofosforilasi non-siklis), artinya elektron
yang terlepas dari klorofil tidak kembali ke tempatnya semula.
Aliran elektron pada fotosistem I dapat
bersifat siklis untuk membentuk ATP. Klorofil P700 yang menyerap energi foton,
elektronnya akan tereksitasi. Elektron ditangkap oleh penerima elektron,
seperti feredoksin, koenzim Q dan plastosianin, kemudian kembali ke klorofil
P700. Oleh sebab itu aliran elektron ini disebut fotofosforilasi siklis. Energi
yang terlepas selama proses perpindahan elektron ini digunakan untuk
mensintesis ATP.
Gb. Fotofosforilasi Siklis
3. Daur
Calvin
Daur
ini ditemukan oleh Calvin. Daur ini merupakan proses penggunaan ATP dan NADPH
untuk mengubah CO2 menjadi gula (glukosa, maltosa, fruktosa, amilum).
Hasil akhir dari daur Calvin adalah
gliseraldehid 3-fosfat (G3P). Senyawa antara yang dapat dipakai untuk membentuk
senyawa gula (karbohidrat) adalah lemak dan protein. Untuk membentuk satu
molekul G3P daur Calvin harus berjalan 3 x siklus. Daur Calvin dapat dibagi ke
dalam 3 fase berikut.
a. Pengikatan
(fiksasi) CO2
CO2
diikat oleh senyawa C-5 yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) untuk membentuk senyawa
C-6. Senyawa C-6 ini kemudian dipecah menjadi 2 senyawa G3P.
b. Reduksi
Setiap
senyawa G3P difosforilasi oleh ATP untuk membentuk 1,3-difosfogliserat.
Selanjutnya senyawa ini diubah menjadi G3P dengan menambahkan 2 elektron dari 2
NADPH. Siklus ini harus berjalan 3 kali sehingga terbentuk 6 molekul G3P.
c. Pembentukan
RuBP
Senyawa
RuBP harus selalu dibentuk karena senyawa ini digunakan untuk mengikat CO2.
Pembentukan kembali jika senyawa RuBP dari 5 senyawa G3P membutuhkan 3 ATP.
Jadi untuk membuat 1 G3P dibutuhkan 9 ATP dan 6 NADPH.
G3P
dapat diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat. G3P ditambah dihidroksiaseton
fosfat membentuk glukosa. Jadi, untuk membentuk 1 molekul glukosa dibutuhkan
siklus Calvin yang berdaur selama 6 kali, dan ditangkaplah 6 molekul CO2
seperti reaksi berikut.
4. Kemosintesis
Namun,
sumber energi tidak hanya cahaya. Beberapa mikroorganisme ada yang dapat
memperoleh energi dengan jalan mengoksidasi senyawa kimia. Misalnya bakteri
belerang, bakteri nitrit, bakteri nitrat, dan bakteri besi. Bakteri belerang
mengokidasi H2S untuk memperoleh energi. Selanjutnya energi
yang diperoleh digunakan utuk melakukan asimilasi C. Karena proses penyusunan
bahan organk itu menggunakan energi dari pemecahan senyawa kimia, maka disebut kemositensis.
PHOTOSYNTHESIS
VARIATIONS
Bacteria lack chloroplasts, and instead use structures
called chromatophores—membranes formed by numerous foldings of the plasma
membrane, the membrane surrounding the fluid, or cytoplasm, that fills the
cell. The chromatophores house thylakoids similar to plant thylakoids, which in
some bacteria contain chlorophyll. For these bacteria, the process of
photosynthesis is similar to that of plants, algae, and seaweed. Many of these
chlorophyll-containing bacteria are abundant in oceans, lakes, and rivers, and
the oxygen they release dissolves in the water and enables fish and other
aquatic organisms to survive.
Certain archaebacteria, members of a group of primitive
bacteria-like organisms, carry out photosynthesis in a different manner. The
mud-dwelling green sulfur and purple sulfur archaebacteria use hydrogen sulfide
instead of water in photosynthesis. These archaebacteria release sulfur rather
than oxygen, which, along with hydrogen sulfide, imparts the rotten egg smell
to mudflats. Halobacteria, archaebacteria found in the salt flats of deserts,
rely on the pigment bacteriorhodopsin instead of chlorophyll for
photosynthesis. These archaebacteria do not carry out the complete process of
photosynthesis; although they produce ATP in a process similar to the
light-dependent reaction and use it for energy, they do not produce glucose.
Halobacteria are among the most ancient organisms, and may have been the
starting point for the evolution of photosynthesis.
While it may seem that we understand
photosynthesis in detail, decades of experiments have given us only a partial
understanding of this important process. A more thorough understanding of the
details of photosynthesis may pave the way for development of crops that are
more efficient at using the sun’s energy, producing food for increasingly
bountiful harvests. Leal G. Dickson Microsoft
® Encarta ® 2009. © 1993- 2008 Microsoft Corporation. All rights
reserved.
E. Pilihan
Ganda
1. Kromosom
tersusun atas ....
a. benang-benang kromatin
b. DNA, RNA dan protein
c. protein histon dan nonhiston
d. benang-benang fibril dan sentromer
e. kromatin dan sentromer
2. Manakah
pernyataan berikut yang tidak tepat?
a. Kromosom dapat menggandakan diri.
b. Kromosom merupakan benang pembawa sifat.
c. Di dalam kromosom terdapat gen.
d. Kromosom berfungsi untuk metabolisme sel.
e. Kromosom hanya tampak pada saat sel
membelah.
3. Manakah
pernyataan berikut yang benar?
a. Kromosom sel prokariotik tidak memiliki
membran nukleus yang tersebar di dalam sel.
b. Di dalam eukariotik, kromosom dan
nukleoplasma dibungkus oleh membran nukleus.
c. Sentromer berfungsi untuk menggerakkan
kromosom ke kutub sel.
d. Mamk-manik pada lengan kromosom terdiri
dari protein histon dan DNA.
e. Gen adalah kromosom.
4. Berikut
merupakan penjelasan tentang gen yang benar, kecuali ...
a. semua sifat ditenrukan oleh satu gen
b. satu gen mengatur satu sifat
c. batas-batas antargen tidak dapat
ditentukan secara pasti
d. jika gen berubah, berubah pula sifat
makhluk hidup
e. gen diwariskan
5. Bagaimana
gen mengendalikan sifat makhluk hidup?
a. Gen berupa enzim yang mengatur reaksi di
dalam tubuh.
b. Gen melakukan kegiatan metabolisme di
dalam sel.
c. Gen mengontrol pembelahan sel.
d. Gen mengontrol struktur sel.
e. Gen mengontrol terjadinya mutasi
F.Refleksi
·
Di
manakah terjadi proses metabolisme?
·
Berapakah
ukuran organel sel yang melakukan kegiatan yang sangat rumit dan hebat itu?
·
Apakah
sebelum mempelajari konsep metabolisme, kalian menyadari ada kegiatan luar
biasa yang dilakukan oleh organel yang sangat kecil dalam sel tubuh kita?
·
Apakah
kalian berkeinginan untuk membuat proses-proses tersebut berjalan lancar?
Bagaimanakah caranya?